bugokab.go.id - Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bungo menggelar rapat dengan tenaga Promkes Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo. Rapat digelar di ruang utama kantor bupati bungo, pukul 09.00 WIB (14/3).
Acara dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten bungo H. Safarudin Matondang dan Ketua BNNK Bungo H Syafrudin Dwi Apriyanto. Sejumlah tenaga Promkes juga terluhat hadir.
Tenaga Promkes direkrut dari pembiayaan BOK yang sifatnya kontrak tahunan yang sewaktu-waktu bisa dihentikan apabila anggaran memang sudah tidak ada lagi.
Jumlah peserta yang hadir sebanyak 35 orang dari 19 Puskesmas.
H Safarudin mengatakan, program ini diperuntukkan untuk pemenuhan pengelolaan promosi kesehatan yang ada di Puskesmas yang mungkin masih terkendala sumber daya manusia.
“Dengan keberadaan mereka yang 19 orang ini seharusnya mereka betul-betul maksimal melakukan pelayanan, khususnya promosi-promosi pelayanan kesehatan yang akan bergerak di wilayah kerjanya masing-masing,” harap mantan Direktur RSUD Bungo itu.
“Kedepan nanti mungkin akan diupayakan dengan kelengkapan fasilitas-fasilitas yang masuk dalam Juknis BOK,” tambahnya.
Sementara Ketua BNNK Bungo, yang juga Wakil Bupati Bungo, H Safrudin Dwi Apriyanto (Apri) mengatakan bahwa narkoba sudah mengancam masa depan generasi penerus bangsa.
“Kita turun ke sekolah, kemudian kecamatan-kecamatan. Kita libatkan semua pihak. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan para guru juga saya minta untuk menyampaikan bahaya besar narkoba,” sebut Apri.
Dia mengatakan, mungkin bisa dibuka buku sejarah, cara suatu bangsa untuk menghancurkan suatu bangsa lain. Apri menyebut, saat ini untuk menghancurkan satu megara tidak mesti lewat perang, cukup dengan merusak mental, badan dan juga jiwa anak-anak bangsa tersebut cukup lewat narkoba.
“Pak Kasat Narkoba setiap saat menangkap orang yang mengkonsumsi narkoba. Saat ini Narkoba bahkan sudah masuk ke dusun-dusun,” sebut Apri lagi.
“Intinya dari BNNK semuanya kita libatkan. Termasuk kami mohon bantuan untuk setiap Puskesmas, ketika ke lapangan tolong selipkan pesan tentang bahaya Narkoba,” jelas Apri.
Apri bahkan mengatakan yang terbaru saat ini ialah jika tidak punya uang untuk beli sabu, kotoran sapi, lem dan bensin pun juga sudah dicium-cium.
“Saya pernah baca tanda 10 kehancuran suatu bangsa. Salah satunya ialah mulai menghancurkan diri sendiri,” ujarnya.
Dalam sesi tanya jawab, Apri mengatakan bahwa tiap kecamatan harus ada pos pengaduan adalah usulan yang menarik.
“Saya pikir ini nanti sama-sama kami diskusikan,” sebutnya lagi.
“Saya minta di setiap adanya penyuluhan-penyuluhan, libatkan dokter. Kemudian, hampir rata-rata pengguna sabu-sabu bukan perokok,” tambah Safarudin.
Reporter : Putri Indah
: tanpa label