Kabupaten Bungo tidak hanya memiliki objek wisata rekreasi atau objek wisata kuliner. Bungo juga kaya akan objek wisata sejarah yang masih belum tersentuh penelitian sejarah para ahli. Salah satu objek wisata bersejarah tersebut yang mungkin tidak disadari masyarakat sekitar adalah deretan atau kompleks rumah tuo (rumah tua) di Dusun Tanah Periuk, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas. Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa itu sekitar setengah jam dari Muarabungo, dengan jarak tempuh 24 kilometer menuju Dusun Tanah Periuk.
Deretan rumah tuo belum dapat diperkirakan tokoh masyarakat setempat kapan mulai didirikan. Namun pemilik rumah tuo memberikan penjelasan bahwa rumah tuo telah berdiri selama empat generasi keturunan keluarga mereka. Sedangkan pihak Dinas Pariwisata yang bertandang ke Dusun Tanah Periuk demi untuk mengambil data-data mengenai perihal keberadaan rumah tuo tersebut, menyatakan bahwa satu keturunan rata-rata usianya dapat mencapai 60 tahun. Bisa dibayangkan berapa usia rumah tersebut, yakni telah mencapai 240 tahun bahkan lebih. Itu belum dapat dijelaskan rinci. Bagi pengunjung atau masyarakat yang melihat rumah tuo tersebut, penampilan fisik rumah tuo itu tetaplah seperti bentuk aslinya, walaupun ada beberapa bagian sudut fisik rumah tersebut yang banyak dimodifikasi dari bentuk aslinya.
Jumlah rumah tuo tersebut diperkirakan sebelas rumah dan letaknya berpencar namun masih berdekatan di wilayah Dusun Tanah Periuk. Menurut informasi dari tokoh masyarakat setempat, rumah tersebut dulu beratap rumbia. Saat ini telah direnovasi menjadi atap dari genteng dan dari seng.
"Saat pendirian rumah tersebut juga tidak menggunakan paku seperti rumah lainnya. Paku tersebut diganti dengan pasak dari kayu yang diruncingkan pada ujungnya," ungkap seorang tokoh masyarakat yang juga rio (kepala desa) Dusun Tanah Periuk, Thamrin. Rumah tuo itu berdiri sejatinya sebagai sebuah rumah panggung. Di bagian pucuk rumah terdapat ukiran khas, dan di sudut lain di pucuk rumah itu juga ada semacam penangkal petir, yang keseluruhannya terbuat dari beton. Di dinding rumah yang seluruhnya berbahan kayu itu juga ada ukiran kayu yang juga cukup khas bermotif seperti bunga.
Menurut tokoh masyarakat setempat, keinginan pemerintah untuk menjaga kelestarian keberadaan rumah tuo tersebut telah lama. Ada rencana deretan atau kompleks rumah tuo itu akan dibuat sebuah pagar untuk melindungi benda yang dianggap cukup bersejarah tersebut. Lokasi rumah tuo masih menyatu dan berbaur dengan rumah lainnya di dusun tersebut. Termasuk pula kekhawatiran adanya beberapa rumah tuo yang dirobohkan karena termakan usia, juga menjadi salah satu pemacu dan harapan agar ada perlindungan keberadaan rumah tuo itu. Namun keinginan tersebut hingga kini belum terwujud, terutama karenak masalah dana yang belum dapat direalisasikan untuk mewujudkan rencana tersebut.
Bukan hanya Pemkab yang memiliki perhatian terhadap keberadaan rumah tuo. Pemerintah pusat maupun Pemprov Jambi juga sempat mendokumentasikan dan memberikan apresiasi khusus terhadap rumah tuo itu. Rumah tuo tersebut adalah rumah yang berdiri pada zaman raja yang memerintah saat itu, yaitu Raja Sri Mangkubumi.
Tidak hanya itu saja. Tak jauh dari deretan rumah tuo tersebut ada makam yang disebut sebagai warga sekitar sebagai makam keramat dari keturunan raja yang memimpin di sana. Selain itu, juga ada sebuah makam lainnya yang hampir memiliki hubungan dengan keberadaan rumah tuo di dusun tersebut.
Menurut cerita dari tokoh masyarakat juga, lingkungan sekitar makam keramat itu dulu merupakan lintasan jalan yang menjadi sebuah pelabuhan kecil bagi kapal yang merapat di pinggir sungai. Sayang tidak ada lagi sisa-sisa peninggalan armada yang diceritakan tersebut. Termasuk pula istana raja yang memerintah pada zaman tersebut.
Untuk diketahui, menurut cerita dari tokoh masyarakat setempat, dulu di wilayah Dusun Tanah Periuk tersebut pernah berdiri sebuah kerajaan Islam yang dipimpin Raja Sri Mangkubumi.
Di Dusun Tanah Periuk tersebut juga tersimpan sebuah benda bernilai sejarah, yaitu sebuah ikat pinggang berukuran panjang sekitar 300 cm. Ukuran tersebut memang luar biasa bagi manusia pada saat ini.
Menurut cerita dari keturunan Raja Sri Mangkubumi tersebut, nenek moyang mereka memang memiliki tubuh lebih besar dibandingkan manusia zaman sekarang. Dengan demikian wajar bila ukuran ikat pinggang tersebut sedemikian panjang. Selain ikat pinggang, juga ada sebuah baju kebesaran milik Raja Sri Mangkubumi yang telah lapuk termakan usia. Kedua barang milik Raja Sri Mangkubumi itu memiliki warna serasi yang sama-sama berwarna merah.(*)
sumber : http://mamas86.info/wisata-sejarah-di-kompleks-rumah-tuo-kab-bungo/
: tanpa label